Banyak cara yang bisa dilakukan oleh konsultan penilai untuk menyiasati lesu nya pasar penilaian. Diantaranya menjual jasa konsultasi mengarahkan investasi yang menguntungkan. Ketika bisnis itu tumbuh, tentu jasa konsultasi lainnya akan datang dengan sendirinya.
Wartapenilai.id—Itulah yang dilakukan Senior Partner Penilaian Bisnis/Saham pada KJPP Ihot Dollar & Raymond, Raymond Yoranouw untuk menyiasati lesunya pasar penilaian bisnis di Indonesia. Sejak kondisi makro ekonomi Indonesia kurang menguntungkan, geliat bisnis di pasar modal pun mengalami perlambatan. Banyak pengusaha dan investor yang menahan ekspansi bisnisnya, menunggu moment tepat memulai bisnisnya.
Raymond yang memiliki pengalaman di bidang corporate finance justru mengoptimalkan jasa konsultasi guna mengarahkan investor dan pengusaha memasuki bisnis yang menguntungkan. Aktivitasnya saat ini banyak melakukan kegiatan agensi atau broker bisnis untuk pengusaha dan investor yang berniat masuk ke Indonesia.
Bukan hal sulit dilakukan Raymond dengan jaringan bisnis internasionalnya mengarahkan investor luar masuk ke Indonesia. Ray, panggilan akrabnya, telah memiliki pengalaman 18 tahun lebih di bidang audit dan keuangan untuk berbagai industri mulai dari jasa keuangan, manufaktur, kehutanan, perkebunan properti dan lainnya untuk memilih bidang usaha yang sesuai dengan keinginan investor.
Apa yang dilakukan Raymond tidak lain mendorong ekonomi Indonesia lepas dari kelesuan. Ekonomi negara ini mengalami kelesuan sejak adanya penurunan harga komoditas di pasar global, yang berimbas pada penurunan pasar saham, sampai melemahnya nilai tukar rupiah.
Tanda-tanda menurunya ekonomi global dimulai dari perambatan ekonomi RRT pada periode 2010-2014. Semua harga komoditas mengalami penurunan pada level terendah. Indonesia sebagai eksportir terbesar ke negara RRT, jelas kena imbas dari melemahnya negara Tirai Bambu itu. Seperti harga komoditi batubara dan minyak sawit mentah mengalami penurunan.
Lebih lanjut Raymond menjelaskan kondisi itu berdampak pula pada banyak sektor usaha di Indonesia, yang mengakibatkan kesulitan bagi banyak perusahaan dalam memenuhi kewajiban atas hutang bank yang dimiliki hingga terjadi akumulasi tunggakan pokok dan bunga pinjaman bank. Selain membutuhkan penilaian ulang atas aset jaminan hutang bank, juga membutuhkan restrukturisasi hutang bank. “Ini memberikan peluang bagi investor untuk menyuntikan dana ke dalam berbagai perusahaan dan mengambil bagian kepemilikan saham,” terang Raymond menyakinkan. Kondisi itu jelas berimbas pada peluang penilaian bisnis di Indonesia mengalami penurunan.
Meski dalam kondisi sulit, kucuran dana segar dari perbankan tetap diperlukan oleh pengusaha maupun investor. Tentunya pinjaman yang berjaminan aset, bisa tanah dan bangunan. “Bisa dikatakan, dalam kondisi ekonomi bagus maupun krisis, penilai selalu memiliki peluang bisnis, sebagai pihak independen tetap diperlukan untuk melakukan penilaian aset,” terang alumnus Bachelor of Science (BSc) in Accounting dari San Francisco State University SF-US tahun 1995 ini.
Broker/Agensi Investasi
Sebagai penilai bisnis/saham yang berpengalaman selama 18 tahun, Raymond mengakui kondisi makro ekonomi Indonesia yang kurang bersahabat tentu berimbas pada bidang penilaian bisnis. Meski demikian, kondisi itu tidak berlangsung lama, pasar penilaian khususnya di pasar modal kembali diramaikan dengan penilaian revaluasi aset perusahaan yang melantai dibursa. Tentunya dengan iming-iming pajak yang dibayar ke kas negara sangat murah.
Program revaluasi itu untuk meningkatkan pemasukan negara. Maklum potensi penerimaan negara baik dari migas dan ekspor komoditas mengalamai penurunan dratis, yang mengakibatkan defisit anggaran yang harus dicarikan sumber penerimaan lain. Bersamaan dengan itu, pemerintah sedang mengenjot pembangunan infrastruktur untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Mulai dari jalan tol, pelabuhan, jalur kereta api, bendungan, sampai energi menjadi prioritas pembangunan.
Saat ini kue penilaian yang besar beralih dari revaluasi ke pengadaan tanah untuk kepentingan umum. “Pasar penilai saat ini lebih besar untuk pengadaan tanah,” terang Raymond.
Namun untuk penilaian bisnis, dia mengakui sedang mengalami kelesuan seiring kondisi ekonomi makro yang mengalami perlambatan. Seperti terlihat di pasar modal kurang bergairah untuk penilai bisnis, terutama perusahaan mau masuk bursa.
Atas kondisi itu, menjadi perhatian Raymond terus berupaya memutar strategi agar tetap bisa bertahan dan meningkatkan potensi bisnis KJPP nya. Langkahnya yang di tempuhnya adalah membantu investor luar negeri yang masuk ke Indonesia untuk berinvestasi di Indonesia. Raymond menunjukan potensi bisnis yang menguntungkan. “Kita sekarang melakukan pekerjaan seperti broker,” jelas peraih Master of Business and Technology dari University of New South Wales, Sydney-Australia tahun 1999.
Setidaknya, apa yang dilakukan Raymond sejalan dengan program tax amnesty yang digalahkan pemerintah. Raymond menangkap peluang yang nempel pada program pengampunan pajak (tax amnesty), satu sisi menggenjot penerimaan negara, sisi lain menggairahkan ekonomi nasional dengan masuknya investasi tersebut.
Raymond menggandeng investor dan pengusaha yang memarkir dana nya di luar negeri, agar mereka bersedia menanamkan investasinya kembali di Indonesia. Meski terkadang klien sudah memiliki financial advisor, Raymond dibutuhkan untuk membantu penilaian sahamnya. “Terkadang klien punya fiancial advisor, dan kita diminta untuk melakukan penilaian saham saja,” ungkapnya. Intinya investor menginginkan usaha yang menguntungkan.
Tentunya mereka membutuhkan peran profesional, seperti penilai bisnis untuk mengarahkan investasi masuk ke Indonesia. Saat ini memang peran konsultan seperti penilai bisnis bukan untuk menilai aset, tetapi lebih bagaimana memberikan konsultasi yang menguntungkan atas investasi yang di tanamkan.
Sebagai broker investasi, Raymond menjelaskan dirinya bisa berperan sebagai penghubung investor luar negeri dengan perusahaan di Indonesia. Seperti private equity luar negeri yang berminat masuk mengakuisisi perusahaan di Indonesia. Untuk case seperti ini, Raymond biasanya diminta melakukan penilaian bisnis/saham termasuk aset-aset yang dimiliki, yang ditawarkan kepada invetor asing. “Untuk case seperti ini kita tidak mendapatkan fee broker, tetapi fee penilaian,” terangnya.
Tak ayal Raymond memiliki list usaha mana saja yang bisa di masuki investasi asing tersebut. Inilah yang di paparkan ke Investor atau pengusaha yang ingin masuk ke Indonesia. Mulai dari take over perusahaan yang ada, perusahaan yang hampir bangkrut atau masuk dengan pengurusan ijin usaha baru. Ini yang dilakukan Raymond untuk menggenjot peluang bisnis atas konsultasi yang diberikan.
Selain mendapatkan peluang bisnis penilaian, menjalani broker bisnis bagi investor juga menjanjikan fee yang lumayan besar. “Fee penilaian jauh tertinggal dengan fee sebagai broker investasi,” terangnya.
Raymond menyadari menjalani profesi penilai bisnis harus memiliki integritas tinggi. Bila memerankan broker investasi untuk klien, dia tidak memainkan peran sebagai penilai bisnis/saham atau sebaliknya. Ini untuk menjaga independensi dan menjauhkan diri dari konflik of interest ketika menjalani praktik bisnis di profesi penilai. “Bila kita mendapatkan klien jasa konsultasi, maka penilaian bisnis/saham tidak kita lakukan,” terangnya.
Sambil menunggu pemulihan kondisi ekonomi makro menggeliat kembali, Raymond yakin akan berimbas pada potensi peluang bisnis bagi KJPP nya untuk melakukan penilaian bisnis, baik ketika membutuhkan tambahan modal, atau melakuan ekspansi lainnya. (***)
Berikan Komentar