Innalillahi wa innailaihi rojiun, telah berpulang ke Rahmatullah, bapak juga penilai senior Indonesia, Toha Abidin tutup umur di usia ke 68 tahun.
Wartapenilai.id—Mendung duka menyelimuti kalangan penilai di Indonesia, Senen, 7 September 2020. Toha Abidin mendapat serangan jantung secara mendadak dan dilarikan ke Rumah Sakit Jakarta Medical Center (JMC) dan sekitar pukul 09.00, beliau menghembuskan napas terakhirnya.
Pria kelahiran Pekalongan 1952 tahun silam ini adalah sosok energik pembaharu profesi Penilai di Indonesia. Selain tercatat sebagai penilai publik di MAPPI, Toha Abidin juga tercatat sebagai Anggota IAPI, Non-Akuntan Publik.
Toha Abidin dalam pandangan Marwan Muchtar adalah sosok sahabat yang baik, seorang yang tak pernah melupakan jasa orang lain yang pernah membantunya. Toha Abidin memulai bisnis di Penilaian sekitar tahun 1990 dengan mendirikan PT Piesta Penilai.
PIESTA adalah gabungan nama dari Pieter Solang Toha Abidin. Melalui induknya, PIESTA usaha jasa yang dirintisnya berkembang dan beranak pinak dalam Group PIESTA (PT Piesta Penilai, PT Piesta Dinamika Consult, KJPP Toha Okky Heru & Associate, dan PT HBI Lelang, KAP Pieter Uways & Rekan). Usaha jasanya menjadi menggurita.
Marwan Muchtar (Ketua GAPPI periode 1990-1993) mengenang sosok Toha Abidin (bendahara) yang mendampingi mengelola GAPPI. Toha Abidin salah satu pelopor kemajuan profesi di Indonesia. Pembaharuan dilakukan saat menjabat Bendahara Gabungan Perusahaan Penilai Indonesia (GAPPI) sekitar tahun 1993. Dan dia mampu merealisasi terlaksananya program S2 Penilai Indonesia menempuh pendidikan di University Teknologi Malaysia (UTM).
“Dimana penilai Indonesia yang masih minim ilmu penilaian di dorong mengambil pendidikan secara formal Magister Penilai dari Universitas Teknologi Malaysia (UTM). Dia penilai Indonesia angkatan pertama yang mengikuti pendidikan penilai di UTM kala itu dan disusul angkatan berikutnya,” terang Marwan Muchtar.
Dia salah satu sosok yang terlibat langsung, menginisiasi loncatan besar penilai di Indonesia mencapai kemajuannya. Apa yang diperolah di UTM, bersama rekan seprofesi di MAPPI, Almarhum mendorong pengembangan model pendidikan digsinasi di MAPPI. Mulai P1, P2, berubah menjadi PDP-1, PDP-2, PDS, PLP-1, PLP-2, PLS hingga USP.
Semua membawa kemajuan pada profesi penilai semakin kompetensi menjadi praktik penilaian di Indonesia. termasuk penyelenggaran master penilai di universitas Gadjah Mada, Universitas Taruma Negara, Unpad, Universitas Sumatera Selatan (USU) dan lainnya.
Lebih lanjut, Marwan juga mengagumi sosok Toha Abidin memiliki semangat juang yang tinggi, tidak mengenal lelah. Saat membesarkan jasa professional, terangnya dia harus rela menunggu berjam-jam staf salah satu Bank BUMN hanya untuk memperkenalkan bisnis jasanya.
Menurut cerita sebelum menekuni bisnis jasa akuntan publik dan jasa penilai, Toha Abidin statusnya sebagai pegawai negeri di Dirjen Pajak kala itu. Entah alasan apa dia lebih memilih menekuni jasa profesi.
Marwan mengenal saat memulai bisnis penilaian Toha Abidin tergolong orang yang gigih. Perjalanan meniti karir sebagai professional penilai benar-benar dimulai dari bawah hingga memiliki karir luar biasa. “Loyalitas baginya nomor satu untuk mencapai sesuatu, dia menginginkan yang bekerja sama dengan dia total loyalitas,” terang Marwan. Dia dinilai sebagai seorang penggerak inti menjadikan MAPPI menjadi besar.
Almarhum Toha Abidin adalah sosok organisator, juga pelobi ulung. Itu sebagai modal mendorong perubahan di MAPPI membawa profesi penilai pelan dan pasti mencapai kemajuannya. Dia tergolong orang yang tidak alergi dengan kritik, saran dan masukan, selalu berjiwa besar.
Toha Abidin dihadapan rekan sejawatnya tergolong suka membantu sahabat yang mengalami kesulitan. Di lingkungan kantor, Toha Abidin dekat staf penilai yang muda untuk terus maju menggapai sertifikasi dan meningkatkan karir sebagai professional. Dia juga mendorong adanya regenerasi di MAPPI, melibatkan penilai muda terlibat di pendidikan dan struktur lainnya untuk mempercepat perkembangan organisasi mampu mengimbangi perkembangan jaman.
Yang jelas harapannya, organisasi selalu melibatkan anak muda, berkreasi membawa kemajuan di profesi ini.Almarhum sebagai panutan baik di Dewan Penilai juga di MAPPI. Bahkan, sebagai anggota DP dalam tiga bulan terakhir masih aktif turun ke daerah, terlibat menyelesaikan persoalan yang dihadapi anggota. Almarhum juga memiliki rasa humor yang tinggi dan ceplas-ceplos, namun tetap menjaga etika persahabatan. “Perjuangan yang dirintisnya, saat ini sudah dinikmati penerus penilai di Indonesia,” jelas Marwan Muchtar.
Jabatan yang pernah dilakukan di diemban baik di GAPPI hingga MAPPI, mulai Bendahara (8 tahun) GAPPI, Penguji USP MAPPI (dua periode), Ketua DPK MAPPI (dua periode), Anggota DP MAPPI (satu periode), dan hingga saat ini posisinya masih mencalonkan diri sebagai Calon DP MAPPI 2020-2024.
Penginisiasi SEPAKAT
Tidak hanya itu, Ketua DP MAPPI, Setiawan pun sangat dekat dengan Toha Abidin. Almarhum mendampinginya sebagai anggota DP selama 4 tahun. Sebelumnya Setiawan tidak terlalu dekat sebatas tahu. Sebagai anggota DP, Toha Abidin dalam sidang di DP dilalui penuh dengan diskusi, argumentasi bahkan berseberangan. “Banyak menguras energi pikiran dan emosi. Saya merasa sedang ditekan sampai tanpa batas,” kenang Setiawan.
Namun Setiawan mengakui setelah debat tidak ada beban marah apalagi tersinggung. Setelah peristiwa seperti itu biasanya, beliau menyempatkan diri komunikasi by phone dan selalu menggoda bahwa apa yang dia sampaikan untuk menguji argumentasi dan keteguhannya, kenang Setiawan.
Almarhum adalah sosok sahabat sekaligus bapak, yang selalu melatih argumen lebih kuat dalam situasi apapun, namun tetap mampu kontrol diri. Almarhum, pendorong dan penginisiasi terbentuknya Balon DPN SEPAKAT, dimana menurut penilaian almarhum, sebelumnya, SEPAKAT (Setiawan Prasodjo Kak Toyo) memiliki kombinasi karakter, pengetahuan dan pengalaman yang saling melengkapi membawa perubahan di organisasi MAPPI. Melalui SEPAKAT, almarhum berharap mampu membawa MAPPI menjadi organisasi jauh lebih maju.
Apa yang dilakukan itu sebagai bentuk kepedulian terhadap profesi penilai lebih maju, anggota profesi mampu menjadi pemain di kendang sendiri hingga di kendang lawan (internasional). Tentunya, syarat yang harus dipenuhi, MAPPI dikelola orang yang memiliki kapabilitas. Seperti yang diinisiasi dengan membantuk Balon DPN SEPAKAT.
Masih banyak kenangan dan nasehatmu, yang harus ditunaikan dan digapai, biarlah menjadi tuntunan dan kenangan diri. Selamat jalan bapak-ku, senior penilai pembawa pembaharuan, kami sahabat-sahabatmu hanya bisa mengantarkan-mu hingga tempat peristirahatan terakhir di dunia. Semoga semua amal ibadah-mu diterima dan kesalahan-mu diampuni Yang Maha Kuasa. Amin..amin..amin YRA. (***HS)