Investor selalu ingin mengetahui rasio perputaran asetnya, seberapa efektif aset miliknya dioptimalkan untuk menghasilakan atau mendukung peningkatan penjualan. Investor selalu menggunakan rasio untuk membandingkan perusahaan serupa untuk menentukan siapa yang mendapatkan hasil yang maksimal dari asetnyadan mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan. Rasio perputaran aset dihitung dengan membagi penjualan bersih/pendapatan dengan rata-rata total aset.
WartaPenilai.id—Rasio perputaran aset mengukur efisiensi penggunaan aset perusahaan untuk menghasilkan pendapatan atau penjualan. Itu dilakukan dengan membandingkan jumlah pendapatan dalam bentuk rupiah atau pendapatan dengan total asetnya. Rasio perputaran aset menghitung penjualan bersih sebagai persentase (%) dari total asetnya.
Secara umum, rasio yang lebih tinggi sangat disenangi karena memberikan implikasi bagi perusahaan efisien dalam menghasilkan penjualan atau pendapatan. Rasio yang lebih rendah menggambarkan bahwa perusahaan tidak menggunakan aset secara efisien dan memiliki masalah internal. Rasio perputaran aset dari satu perusahan dengan perusahaan lainnya sanngat bervariasi di berbagai sektor, jadi hanya rasio perusahaan yang berada di sektor yang sama yang harus dibandingkan. Rasio ini dihitung secara tahunan.
Di sektor-sektor tertentu, rasio perputaran aset cenderung lebih tinggi bagi suatu perusahaan disbanding perusahaan lain. Sebagai ilustrasi, perusahaan ritel memiliki basis aset yang relatif kecil dikombinasikan dengan volume penjualan yang tinggi. Ini mengarah pada rasio perputaran aset rata-rata yang tinggi. Sementara itu, perusahaan-perusahaan di sektor-sektor seperti utilitas cenderung memiliki basis aset yang besar dan perputaran aset yang rendah.
Menjual aset untuk mempersiapkan penurunan pertumbuhan memiliki efek menggembungkan rasio secara artifisial. Perbandingan memiliki makna paling besar ketika dibuat untuk perusahaan yang berbeda dalam sektor yang sama.
Komponen utama dari analisis DuPont adalah rasio perputaran aset, sebuah sistem yang mulai digunakan selama tahun 1920-an untuk mengevaluasi kinerja divisi di seluruh perusahaan. Return on equity (ROE) dipecah menjadi tiga komponen sebagai langkah pertama dari analisis DuPont, salah satunya perputaran aset, dua lainnya adalah margin keuntungan dan leverage keuangan.
Untuk menghitung rasio perputaran aset, dilakukan dengan membagi penjualan bersih atau pendapatan dengan rata-rata total aset. Sebagai contoh, misalkan perusahaan ABC memiliki total pendapatan Rp 140 triliun pada akhir tahun fiskal . Total asetnya adalah Rp 42 triliun pada awal tahun fiskal dan Rp 70 triliun pada akhir tahun. Total aset rata-rata sebesar Rp 112 triliun (Rp 42 triliun + Rp 70 triliun) ÷ 2 atau Rp 56 triliun. Rasio perputaran asetnya untuk tahun fiskal adalah 2,5 (yaitu Rp 140 triliun ÷ Rp 56 triliun).
Dilain sisi, perusahaan XYZ, di sektor yang sama dengan perusahaan ABC, memiliki total pendapatan RP 112 triliun pada akhir tahun fiskal yang sama. Total asetnya Rp 14 triliun pada awal tahun dan Rp 28 triliun pada akhir tahun. Total aset rata-rata sebesar Rp 42 triliun (Rp 14 triliun + Rp 28 triliun) ÷ 2 atau Rp 21 triliun. Oleh karena itu, rasio perputaran aset sebesar 5,33 (Rp 112 triliun ÷ Rp 21 triliun).
Dengan membandingkan dua rasio perputaran aset, perusahaan XYZ lebih efisien dalam menggunakan asetnya untuk menghasilkan pendapatan daripada perusahaan ABC. (***/Atur/HS)
Berikan Komentar